Monthly Archives: August 2016

Monokrom – Tulus

 

wp-1471548017678.jpeg

 

Seneng banget rasanya waktu saya akhirnya bisa dapetin album ini dan dengerin lagu-lagu di dalamnya. Album Tulus yang ketiga ini adalah salah satu album yang paling saya tunggu-tunggu, baru diliris awal agustus lalu. Saya suka banget sama Tulus, dua album sebelumnya pun termasuk yang paling sering saya repeat di playlist saya.

Well, album ini berjudul Monokrom. Bisa dilihat juga di penampakan cover CD nya bernuansa hitam putih abu-abu. Saya suka desainnya, sederhana tapi berkesan mahal. Saya juga suka di dalam album ini Tulus menyisipkan ucapan terimakasih dalam bentuk catatan yang ditulis tangan.

 

wp-1471548085473.jpeg

 

Saya selalu mengagumi kejeniusan Tulus dalam menulis lirik, pemilihan katanya, caranya bercerita, bagaimana dia mampu mengangkat tema-tema atau sudut pandang yang unik. Aransemen musiknya pun sangat kreatif, ga pasaran, kerasa banget ada idealisme yang kuat di sana, ada ciri khas yang “Tulus” banget di tiap lagu-lagunya. Bagi saya, mendengarkan lagu-lagu Tulus selalu menghadirkan feel yang spesial. Nah, album ini berisi 10 lagu yang semuanya ditulis sendiri  oleh Tulus.

Okay langsung aja ya..

 

Manusia Kuat

Album ini dibuka dengan satu lagu yang memberi semangat. Di awal lagu, Tulus bernyanyi dengan tegas diiringi alunan piano dan efek bel menggema di belakang, keren..

Musiknya semacam mars dengan gebukan drum yang menggebu-gebu, genjrengan gitar listrik dan diiringi strings dan piano yang mendramatisir. Aransemennya sebenernya ga aneh-aneh, ga berlebihan juga, tapi tempo naik turunnya berhasil banget nularin semangat ke yang denger.

Liriknya mengajak kita meyakinkan diri sendiri bahwa kita adalah manusia yang kuat, seberat apapun halangan, rintangan, dan tantangan yang ada di depan, kita akan terus berjuang demi mimpi mimpi kita.

Rasanya cocok banget lagu ini kalo dipake jadi soundtrack kompetisi olahraga atau project perjuangan pergerakan sosial apa gitu.

 

Pamit

Lagu ini adalah single yang pertama kali diliris di album ini, kalau ga salah udah bisa didengerin dari bulan maret lalu. Sebenernya lagu ini banyak yang mengkritik juga karena katanya aransemennya Sam Smith banget, banyak yang ga suka karena terkesan meniru dan ikut-ikutan.

Emang si pertama rada kaget juga, aransemen musiknya “serius” banget. Didominasi alunan piano dan diiringi musik orkestra. Berasa lagi dengerin lagu soundtrack film hollywood apa gitu. Mungkin emang ada niat untuk sengaja eksperimen juga dengan musik seperti ini.

Kalo dilihat lagi liriknya, tema cerita yang dianggkat, aransemen musik ini memang cocok, ga terkesan dipaksain. Lagu ini bercerita tentang perpisahan dalam satu kondisi yang sulit, satu pihak sudah lelah mencoba dan ingin berpisah, satu pihak lainnya takut kehilangan.

Lagu ini seakan nunjukin sedih galau berpisah tu ga harus cengeng, sedih dan galau juga bisa elegan (naon?)

 

Ruang Sendiri

Saya sempet bingung, dari sekian banyak lagu yang menurut saya bagus banget di album ini, kenapa lagu inilah yang malah dipilih Tulus sebagai single keduanya. Dari segi musik dan lirik ga jelek tapi ya ga ada yang spesial banget menurut saya. Musiknya pop ballad, slow simple ada sedikit sentuhan retronya. Liriknya tentang kegelisahan punya pasangan yang posesif.

Liriknya ceritain tentang seseorang yang gerah karena memliki pasangan yang posesif dan mungkin terlalu mengekang.

Setelah denger beberapa kali dan direnungkan lagi dengan dilandasi kesotoyan tingkat tinggi saya dapat menyimpulkan, lagu ini mungkin dipilih karena alasan strategis, iramanya memang gampang banget nempel di kuping dan temanya pun mungkin paling “dekat”, paling umum bisa relate ke banyak orang.

 

Tukar Jiwa

Lagu ini dibuka intro permainan gitar listrik, di awal lagu nada nya datar dan kerasa jazz nya kentel banget. Masuk reff baru kerasa beneran asiknya. Lagu ini ceritain gimana gemesnya kalo kita jatuh cinta dan pihak yang bersangkutan ga ngerti-ngerti, saking desperate nya sampe ngajakin tukeran jiwa. Banyak si pasti yang ngalamin gini, termasuk saya sendiri juga. Walopun lagunya santai-santai kalem tapi tetep aja kerasa keselnya si kalo dengernya sambil diresapi dan dibaperi (kosakata baru).

 

Tergila-gila

Lagu ini beatnya asik banget, aransemennya bawa suasana ceria,meriah, bikin pengen goyang manggut-manggut, tapii.. liriknya ternyata ngeselin. Tentang hubungan yang ga jelas, antara ada dan tiada, tarik ulur, bikin penasaran dan bisa bikin gila. Tapi ya lucunya ya itu, lagu ini justru seakan ngajak buat nikmatin segala “stres” nya.

Saya si cuman bisa senyum senyum getir doang  dengerin lagu ini. Kadang memang jatuh cinta itu ga semudah membaca sinyal lampu traffic light, merah berarti berhenti, hijau berarti jalan terus. Kadang kita malah bertemu lampu disko yang nyala mati nyala mati, berubah-ubah merah kuning ijo sesuka hati, haaahh.. (menarik napas panjang)

 

Cahaya

Lagu ini adalah lagu favorit saya di album ini, paling sering diputer, paling sering dinyanyiin. Lagu ini bahkan mungkin bisa masuk dalam jajaran lagu favorit sepanjang masa saya. Sebelumnya salah satu lagu Tulus favorit saya adalah lagu Teman Hidup di Album pertama. Menurut saya lagu itu manis banget, eh ternyata di album ini Tulus bisa bikin lagu yang ga kalah manisnya.

Musiknya simple, kaya lagi perform akustikan gitu, tapi bisa bikin vokal nya Tulus menonjol banget. Liriknya beneran gila. Saya suka gimana lagu ini bisa menyampaikan perasaan yang sangat dalem dengan sangat sederhana. Ga muluk-muluk, ga gombal, dan mencintai itu ga sekedar sayang, perhatian, romantis-romantisan, tapi juga menjadi “terang” dan “cahaya” untuk pasangan kita. Buat saya lagu ini juga mengajari untuk memberikan pujian pada pasangan agar dia bisa terus percaya pada dirinya sendiri, agar dia tidak berkecil hati dan selalu merasa dihargai, agar dia bisa melihat, menyadari keistimewaan yang dia miliki.

Bisa dibilang lagu inilah alasan saya bikin tulisan ini, saya suka banget lagu ini dan seluruh dunia harus tau, hahaha, semoga nanti saya bisa nyanyiin lagu ini buat.. yah buat yang mau ajah.. (anyone?)

 

Langit Abu-Abu

Lagu ini dari awal sampai akhir hanya diiringi dentingan piano, gada instrumen musik lainnya. Rasanya sepi, tapi malah bisa lebih jelas nonjolin emosinya Tulus. Lagu ini menceritakan tentang kekesalan, kemarahan, karena ditinggal dan dikhianati. Nada nada tinggi dan panjang di reff nya bikin merinding. Dan sekali lagi saya harus memuji kemampuan Tulus nulis lirik lagu, pemilihan katanya keren banget, sinis, sarkas tapi tetap puitis.

 

Mahakarya

Ini juga lagu yang saya suka banget. Dibuka dengan iringan ukulele, suasananya nyaman nyantai kaya di pantai, pelan pelan membuai syahdu, tapi sebenernya apa yang mau disampaikan di lagu ini berat juga, liriknya berisi nasihat-nasihat tentang berkarya, tentang membuat mahakarya. Rasanya kaya dikasi tahu, diajarin pelan pelan, tanpa ada kesan sok sok menggurui, jenius lah. Bass dan drum nya sepanjang lagu juara, di tengah dan akhir lagu ada tiupan terompet nambahin aura-aura jadul, bikin eargasm lah.

 

Lekas

Lagunya dibuka sama genjrengan gitar dan perkusi yang ngingetin saya sama suasana musik suku-suku pedalaman di hutan gitu. Berasa dengerin soundtracknya film Disney Lion King atau Tarzan. Saya langsung tau ini lagu pasti bukan lagu biasa, dan beneran gila liriknya keren banget, saya suka banget, apalagi di bagian reff nya yang dinyanyiin bersaut-sautan gitu, unik banget. Lagu ini ngajak kita untuk cepat “move on”, bangkit lagi, lari lagi, berusaha lagi, bersemangat lagi, jangan buang-buang waktu. Kena banget si lagu ini buat saya.

 

Monokrom

Lagu terakhir di album ini, sekaligus jadi lagu yang judulnya dipakai untuk nama album. Kayanya Tulus save the best for last. Pertama kali denger lagu ini saya melongo sekian detik, terus berasa ada ninja ngiris bawang.

Di dalam wawancara media ketika rilis album ini, Tulus memang berkata bahwa album ini dia anggap sebagai ucapan terimakasih kepada berbagai pihak yang mengantarkan dia sampai seperti sekarang ini. Dan lagu ini bisa ceritain itu dengan manis banget, universal juga si, bukan cuma buat orang tua, papa mama, bisa juga ke saudara, kakek nenek, teman, dan sebagainya. Liriknya mengajak nostalgia mengingat-ingat indahnya masa lalu, betapa besar jasa-jasa mereka memberi “warna” dalam hidup kita, membuat kita bisa menjadi seperti kita saat ini.

Kamu tau lagu “Bunda” nya Melly Goeslaw atau lagu “Di Doa Ibu Kudengar”, lagu ini sesakral itu.. Lemah saya sama lagu-lagu kaya gini..

 

wp-1471548050232.jpeg

 

Berdasarkan dua album sebelumnya, mau gamau saya punya  ekspektasi tinggi pada album Tulus kali ini, penasaran dan excited seperti apa karya selanjutnya, dan bisa dibilang apa yang album “Monokrom” ini kasih ke saya ternyata jauh banget di atas perkiraan saya, saya bener-bener puas. Kamu harus punya dan dengerin album ini ! Oh iya, saya dapetin album ini dari order di Blibli.com, harganya cuma Rp 35.000,- gratis ongkir lagi. Info selengkapnya ke link ini aja http://situstulus.com/distribusi-album/

 

PS : Jangan download ilegal ato beli yang bajakan yak..

Categories: review suka-suka | Leave a comment

Create a free website or blog at WordPress.com.